BIOGRAFI IMAM BUKHARI
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
D. menimba ilmu ke banyak guru
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
Nama Lengkap : Abu Abdillah Muhammad
TTL : Bukhara, 13 Syawal 194 H = 21 Juli 1802
M
Nasab
: Ismail ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah ibn
Bardizyah
A. Latar Belakang
Ayahnya seorang alim dibidang hadis, mempelajarinya
dari sejumlah ulama terkenal, seperti Imam Malik ibn Anas, Hammad ibn Zaid dan
Ibn al-Mubarak.Ketika al-Bukhari masih kecil ayahnya meninggal.
Kakeknya yang nomor 3 di atasnya
masih memakai nama Persi, yaitu Bardizbeh, dan belum
memeluk Islam, masih beragama Zoroaster. Barulah kakeknya nomor 2
memasuki agama Islam dengan nama “Mughirah.
Meskipun masa keislaman bagi
keluarganya masih baru sekali, barulah dalam 3 kali keturunan, tetapi
kekuatannya beragama cukup terkenal, dan sudah menduduki tempat yang terhormat
di dalam keislaman. Ayahnya bernama Ismail, termasyhur seorang ulama, yang
sangat shaleh dan bersih kehidupannya
B. Belajar sejak belia
Imam al-Bukhari memulai
perjalanan ilmiahnya sejak dini. Beliau telah menghafalkan al-Qur'an semenjak
kecil juga. Inilah salah satu faktor Allah Subhanahu
wa ta’ala mengilhamkan pada Muhammad bin Isma'il kecil untuk menyenangi hadits-hadits
Imam al-Bukhari menceritakan,
"Aku diberi
ilham untuk menghafal hadits sejak aku masih di madrasah. Saat itu, usiaku
sekitar 10 tahun, hingga aku keluar dari madrasah itu pada usia 10 tahun. Aku
mulai belajar kepada ad-Dakhili dan ulama lainnya. Suatu saat, beliau
membacakan satu hadits di hadapan orang-orang (dengan sanad dari) Sufyan, dari
Abu Zubair dari Ibrahim. Maka aku berkata kepadanya, "Sesungguhnya Abu
Zubair tidak meriwayatkan (hadits) dari Ibrahim". la pun menghardikku.
Lantas aku berkata, "Coba telitilah
kembali kitab aslinya". ia pun memasuki rumah dan meneliti kembali,
kemudian keluar dan bertanya, "Bagaimana
penjelasannya wahai anak muda?". Aku menjawab, "(Yang dimaksud)
adalah Zubair bin Adi dari Ibrahim..". Beliau lantas mengambil
penaku dan mengoreksi kitabnya, seraya berkata, "Engkau benar".
Imam al-Bukhari juga
pernah menceritakan, "Aku pernah belajar
kepada para fuqaha Marw. Saat itu aku masih kanak-kanak. Jika aku datang
menghadiri majlis mereka, aku malu mengucapkan salam kepada mereka. Salah
seorang dari mereka bertanya kepadaku, "Berapa banyak (hadits) yang
telah engkau tulis?". Aku menjawab, "Dua (hadits)".
Orang-orang yang hadir pun tertawa.
Lalu salah seorang Syaikh berkata, "Janganlah kalian
menertawakannya. Bisa jadi suatu saat nanti justru dia yang menertawakan kalian".
Demikianlah gambaran bakat
keilmuannya telah tampak.
Pada usia 16 tahun, beliau sudah
menghafal kitab karangan Imam Waki' dan Ibnul Mubarak .
Kemudian pada usia 17 tahun, beliau
telah dipercaya oleh salah seorang gurunya Muhammad bin Salam al-Bikandi untuk
mengoreksi karangan-karangannya
Bersama Ibu dan saudaranya, pada usia
18 tahun, Muhammad bin Isma'il pergi haji ke Mekah. Beliau tetap
bertahan di kota suci itu untuk meneruskan mendalami hadits bersama para Ulama
di sana, sementara keluarga beliau pulang.
C. kisah seputar Imam Bukhari
ketika ia memasuki kota Baghdad. Di
sana terlibat dalam suatu majlis ulama hadis. Terdapat 10 orang ulama yang
masing-masing membacakan 10 hadis dengan sanad dan matan yang dijungkir balikan. Beberapa
orang dicoba untuk memberi komentar tentang hadis yang dibacakan tadi. Tidak
seorangpun melaksanakan tugas dengan memuaskan.
Akhirnya al-Bukhari tampil memberi
komentar satu persatu hadis. Hadis pertama terdapat keterbalikan sanad begini,
dan matan begini, seharusnya begini. Untuk hadis kedua juga demikian. Demikian
ia berkomentar hingga orang ke sepuluh, sehingga genap seluruhnya serratus
hadis. Tidak seorang ulamapun membantah atas komentar al-Bukhari tersebut.
Karenanya tidak heran kalau hadis riwayat al-Bukhari dinilaipaling berkualitas
di banding dengan riwayat lain.
Yang paling menggagumkan, bukanlah
ia mampu menjawab secara benar, tetapi, bagaimana dia mampu
menyebutkan hadis yang sanad dan matannya tidak karuan seperti yang telah
dibacakan sang penanya, padahal ia mendengar hanya sekali saja.
Bukhari diakui memiliki daya hapal
tinggi, yang diakui oleh kakaknya Rasyid bin Ismail. Kakak sang Imam ini
menuturkan, pernah Bukhari muda dan beberapa murid lainnya mengikuti kuliah dan
ceramah cendekiawan Balkh. Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak pernah
membuat catatan kuliah. Ia sering dicela membuang waktu karena tidak mencatat,
namun Bukhari diam tak menjawab.
Suatu hari, karena merasa kesal
terhadap celaan itu. Bukhari meminta kawan-kawannya membawa catatan mereka,
kemudian beliau membacakan secara tepat apa yang pernah disampaikan selama
dalam kuliah dan ceramah tersebut. Tercenganglah mereka semua,
lantaran Bukhari ternyata hafal di luar kepala 15.000 hadits, lengkap dengan
keterangan yang tidak sempat mereka catat.
Pertama-tama, Imam al-Bukhari
menimba ilmu dari Ulama setempat. Beliau berguru kepada Muhammad bin Salam
al-Bikandi, Abdullah bin Muhammad bin 'Abdullah bin Ja'far bin Yaman al-Ju'fi
al-Musnidi, dan ulama lainnya.
Selanjutnya, beliau keluar dari
kampung halamannya dan mengembara mendatangi banyak kota untuk memperdalam ilmu
hadits. Kota Balkh, Naisabur, Ray, Baghdad, Bashrah, Kufah, Mekah,
Madinah, Mesir, Syam, beliau datangi dalam rangka mencari dan mendatangi
Syaikh-Syaikh mumpuni dalam bidang hadits.
Tak pelak, Syaikh (guru) beliau pun
berjumlah banyak, bahkan beliau sendiri yang menyatakan hal ini, "Aku menulis (hadits)
dari seribu lebih syaikh. Dari setiap Syaikh itu, aku tulis sepuluh ribu
riwayat bahkan lebih. Tidaklah ada hadits padaku kecuali aku sebutkan sanadnya
(juga)". (Lihat as-Siyar:12/407, al-Bidayah 11/22)
Sebelum meninggal, Imam
al-Bukhari pernah menyatakan, "Aku telah menulis
(hadits) dari 1080 orang. Semuanya adalah ahlul hadits. Mereka semua
meyakini, Iman adalah qaul dan amal, berrtambah dan berkurang'. (asSiyar:12/395)
Kota Baghdad beliau masuki sampai
delapan kali. Dan setiap memasukinya, beliau berjumpa dan berkumpul dengan Imam
Ahmad bin Hanbal .Imam Ahmad menganjurkan beliau untuk bermukim di
Baghdad saja, tidak di Khurasan.
Di antara nama Ulama besar yang
menjadi guru beliau: Imam Ishaq bin Rahuyah, Imam Muhammad bin Yusuf
alFiryabi, Imam Abu Nu'aim Fadhl bin Dukain, Imam Ahmad bin Hanbal,
Imam Ali bin al-Madini, Imam Yahya bin Ma'in, Imam Makki bin Ibrahim
al-Balkhi, Abdan bin Utsman, Imam Abu Ashim an-Nabil, Muhammad bin Isa
ath-Thabba', Khalid bin Yazid al-Muqri" murid Imam Hamzah, dan masih
banyak lagi.
E. menjadi guru para imam hadits
Penguasaan Imam al-Bukhari yang
mendalam dalam bidang ilmu hadits, sudah menonjol sejak beliau remaja. Banyak
orang datang berduyun-duyun mendatangi beliau baik di majlis maupun di tempat
lainnya.
Pernah, orang-orang berilmu dari kota
Basrah berjalan di belakang beliau untuk mendengarkan hadits dan akhirnya
mereka bisa menghentikan beliau di satu jalan. Ribuan orang duduk berkumpul di
dekat beliau. Kebanyakan dari mereka menulis riwayat dari beliau. Waktu itu,
beliau masih seorang remaja yang belum tumbuh jenggotnya. Beliau dminta untuk duduk
di satu jalan dan memperdengarkan riwayat-riwayat hadits.
Kedalaman ilmunya dalam bidang hadits
yang didukung oleh intelegensi dan daya ingat yang luar biasa, serta pemahaman
tentang kandungan hadits dan penguasan rijaalul hadits dan illah-illahnya membentuk
beliau menjadi seorang pakar hadits terkemuka sepanjang zaman. Kelebihan-kelebihan
ini jelas menarik minat para penuntut ilmu untuk menghadiri majlis ilmunya.
Banyak nama-nama terkenal menghiasai
daftar orangorang yang berguru pada Imam al-Bukhari. Di antara mereka adalah,
Imam Muslim, Imam at-Tirmidzi, Imam Abu Hatim, Imam Ibnu Abi Dunya, Imam
Ibrahim bin Ishaq al-Harbi.
F. Persyaratan Imam al-Bukhari dalam Menerima Hadis Shahih-nya
Imam Bukhari pernah berkata: “Saya tidak akan meriwatkan hadis yang
kuterima dari sahabat dan tabi‟in, sebelum aku
mengetahui tanggal kelahiran, hari wafatnya dan tempat tinggalnya. Aku juga
tidak akan meriwayatkan hadis mauquf dari
sahabat dan tabi‟in, kecuali ada
dasarnya yang kuketahui dari kitabullah dan sunnah rasulullah saw
penerimaan hadis Bukhari adalah
sebagai berikut:
a. Perawi hadis harus muslim, berakal, jujur, tidak mudallis (Hadis
yang disembunyikan cacat sanadnya, sehingga seakan-akan tidak ada aib
didalamnya, tresingnya orangnya, sedangkan tadlis, menyembunyikan aib yang
terdapat pada isi hadis itu sendiri )dan tidak mukhtalit (Perawi
yang hafalnnya rusak karena sesuatu sebab tertentu), adil, dhabit (Perawi
yang kuat hafalannya terhadap apa yang pernah didengarnya, kemudian mampu
menyampaikan atau memproduksi hafalan tersebut kepada orang lain kapan saja
manakala diperlukan.), dan selalu memelihara apa yangdiriwayatkan, sehat
pikirannya, pancaindranya dipakai untuk mendengar dan menghafal sedikit
salahnya, dan baik aqidahnya.
b. Sanad -nya
bersambung, tidak mursal, tidak munqati’, tidak mu’dal.
c. Matan hadis
tidak janggal dan tidak catat.
Dalam kasus persambungan sanad beliau
mensyaratkan:
a. Periwayatannya haruslah orang yang berkepribadian sangat luhur,
dan termasuk dalam golongan yang sangat tinggi dalam penguasaan literatur dan
standar akademisnya.
b. Harus ada informasi positif bahwa para periwayat saling bertemu
dan bahwa si murid belajar dari syekhnya.
Ada perbedaan pendapat menyangkut
point (2) diatas antara alBukharidan Muslim. Menurut Muslim, jika dua ulama
hidup bersama yang memungkinkan mereka saling belajar, maka sekalipun tidak
mempunyai informasi positif tentang pertemuan mereka, informasi hadis harus
diterima. Isnadnya yang tidak terputus membuktikan mereka tidak melakukan
tadlis. Bukhari tidak sependapat, ia menuntut bukti positif mengenai adanya
hubungan belajar mereka. Ia tidak menganggap persyaratan ini cukup, dan
menuntut penelitian lebih jauh dalam memilih sumber.
G. wafatnya Imam al-Bukhari
Usai mengisi hari-hari kehidupannya
dalam kesibukan menyebarkan ilmu (hadits), ajal yang telah ditentukan menjemput
Imam al-Bukhari .Beliau sempat sakit sebelum meninggal. Wafat pada
malam Sabtu, malam hari raya Idul Fitri, tahun 256H dalam usia 62 tahun.
Jenazah beliau ditutup dengan tiga lembar kain putih, tanpa mengenakan qamis;
maupun imamah, sebagaimana isiwasiat yang beliau sampaikan sebelum meninggal.
Saat proses pemakaman jenazah,
tersebar aroma wangi yang lebih harum dari minyak misk dari kuburnya dan sempat
bau harum itu bertahan selama beberapa hari.
Banyak ilmu bermanfaat yang telah
beliau wariskan bagi seluruh kaum Muslimin. Ilmu beliau tidak putus, tetap
mengalir atas usaha-usaha baik yang telah curahkan dalam hidupnya.
Kitab-kitab yang beliau wariskan kepada umat Islam yaitu
Shahih al-Bukhari, al-Adabul Mufrad, at-Tarikh ashShaghir, at-Tarikh
al-Kabir, at-Tarikh al-Ausath, Khalqu Af'ali al-'Ibad, juz fi al-Qira’ah
khalfal Imam. Dan lainnya.
Penutup
Inilah sekelumit sejarah ulama yang soleh,
Semoga Alloh menerima segala amal beliau, dengan menempatkan
beliau bersama baginda Rasulullah
Semoga Alloh menjadikan kita untuk melahirkan generasi seperti
Imam Bukhari
Aamiin
Wallohu
a’lam
Bandung,
7 Agustus 2018
Ngubaidillah.,M.Pd
Referensi
Zainal
Abidin Ahmad, Imam
Bukhari Pemuncak Ilmu hadits, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975)
Muh.
Zuhri, Hadis
Nabi Telaah Historis dan Metodologis, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Yogya, 1997
M.
Muhammad Abu Ayuhbah, الستة الصحح الكتة السنة رحاب فى ,terj. Ahmad
Ustman, Kutubus Sittah, Surabaya: Pustaka Progresif, 1993
Majalah
As-Sunnah No.1 Thn. XVI_1433 H/2012 M