ISLAM APA?: PERGOLAKAN JIWA PENCARI AGAMA
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
Di tulisan kali ini saya ingin menceritakan
bagaimana aku mencari dan menemukan Islam.
Alhamdulillah aku dilahirkan dari kedua
orang tua yang solih dan shaliha (rabbighfirli wa li walidayya). Biarpun
aku terlahir bukan dari keluarga kyai atau ulama tapi sejak kecil aku dididik
untuk mengenal Islam.
Sebelum SD, aku mengikuti jejak langkah
kakakku Syamsul Fata (Allohummaghfirlahu, mohon doa sejenak untuk beliau
karena telah tiada). Untuk mengaji di TPQ yang lumayan jauh sekitar 7 km yang
ditempuh dengan jalan kaki, sekitar tahun 1998.
Setelah masuk SD aku pun mengaji di masjid
terdekat di desaku dengan Kyai Romelan barakallohu fih. Dengan beliau
aku mengaji kitab safinatun najah, sulam taufiq, taqrib, fathul qarib dan
bidayatul Hidayah. Ketika itu aku masih kelas 3 SD, tapi sudah khatam Al
Qur’an dan mengaji kitab ke kyai. Di sini belum terjadi pergolakan jiwa.
Alhamdulillah, Alloh menjadikan jalanku
selalu dengan garis ilmu. Aku pun masuk ke Pesantren saat SMP tahun 2007. Dari situ
aku memulai perjalanan pencarian samudera ilmu Alloh yang begitu luas. Aku
mempelajari Tahsin Al Qur’an, Bahasa Arab, Nahwu dan Sharaf, fiqih dan
lain-lain.
Pergolakan Jiwa dimulai.
2008 aku masuk SMA dengan menyandang
sebagai siswa dan santri. Dan Alhamdulillah, Alloh menunjukkan jalan untuk
mengikuti ROHIS (Rohanisasi Islam). Pergolakan jiwaku dimulai saat aku
membaca sebuah artikel yang tertempel di mushala.
Artikel itu berisi tentang “do’a ketika
wudhu dalam kitabnya Imam Ghazali adalah bid’ah”. Karena tidak ada tuntunanya
sama sekali dari Rasulullah. Sehingga biarpun baik, tidak boleh dilakukan oleh umat
islam.
SUBHANALLOH!!!
Jiwaku bingung tidak karuan, aku tidak
langsung menerima dan juga tidak langsung menolak. Jiwa dan akalku terus
berkecamuk. Dalam merespon itu, aku Cuma berfikir sendiri
“masa sih, semua itu salah”.
Padahal dari kecil aku mengaji kitab itu
Bidayatul Hidayah tentang doa wudhu, dan aku selalu mengamalkan doa tersebut
biarpun tidak semua
“masa sih salah???
Aku mencoba untuk menentang artikel itu, “siapa
Imam Ghazali pengarang kitabnya, dan siapa penulis artikel itu”. Jelas-jelas
Imam Ghazali lebih ‘alim daripada penulis artikel itu.
Tapi di lain hati aku juga menerima artikel
itu
“jangan-jangan artikel itu benar, terus
apa gunanya kalau aku mengamalkan doa it uterus, sedangkan pasti ditolak oleh
Alloh, ya sia-sia dong. Terus berarti selama ini aku ngaji, itu salah dan
sia-sia?? Astaghfirullah.
YA ALLOH…!
Aku bingung!, bimbang!, mana yang benar???
Saat itu, aku belum paham bahkan jarang
mendengar kata-kata WAHABI, NU, BID’AH, dll.
Aku tetap melanjutkan rutinitas di SMA
sebagaimana siswa ang lain, akan tetapi aku terus memendam pergolakan jiwaku,
belum ada satupun titik terang.
Justru pergolakan itu sempat redup dan
menghilang tanpa jawaban saat aku lulus SMA 2011, kemudian masuk pesantren
Nurul Iman, Bogor yang didirikan oleh Habib Saggaf BSA barakallohu fih (keindahan
nyantri di sini), di sana lah aku mulai memperdalam keilmuan seperti bahasa
arab praktik, ihya ulumudin, bulughul maram, alfiyah, hadits, tafsir qur’an,
dll.
Karena sesuatu hal, aku diharuskan keluar. Dan
melanjutkan kuliah di jawa tengah, tepatnya di kampus Institut Islam Nahdhatul
Ulama, kampus NU!!
Di sini lah, aku mulai mengenal apa itu NU.
Sejarah berdirinya NU, pendiri-pendiri NU, dsb
Aku baru menyadari, ternyata sejak kecil aku
sudah berada dan menjadi bagian dari Masyarakat Besar NU. Dengan identitas
ngaji kitab kuning, ziarah kubur, tawasul, dsb.
Mulai di sini pula pergolakan jiwa jilid
II.
Dari kecil aku hidup di lingkungan NU,
ngaji di pondok NU, sampai kuliah pun di kampus NU. Alhamdulillah aku
bersyukur, AKU Bangga dan Bahagia
TAPI!
Ada yang mengganjal di hati.
Sering aku mendengar kata-kata WAHABI!!
Hampir di setiap mimbar-mimbar, bahkan di
kajian intelektual kampus pun sering menyinggung WAHABI. Dengan mengidentikan
WAHABI adalah SESAT. Kenapa?, karena wahabi yang selalu menyalah-nyalahkan
amaliyah NU. Termasuk aku jadi menyadari bahwa pergolakan jiwaku dulu, karena
ternyata penulis artikel itu adalah wahabi.
STOP!!
Bagi kebanyakan orang bahkan mahasiswa
mungkin termakan kampanye itu secara mentah-mentah.
Justru bagiku sendiri, dengan didorong
besarnya rasa keingintahuan yang tinggi, AKU JUSTRU PENASARAN, SIAPA WAHABI?
Aku ingin mengetahui seperti apa wahabi,
yang begitu dibencinya oleh orang-orang di sekelilingku. Dengan katanya
identitas JENGGOT, CADAR dan CELANA CINGKRANG. Aku sering mendengar 3 identitas
itu menunjukkan wahabi dan kesesatan.
Sebagai mahasiswa, aku justru penasaran
APA IYA???
Langkah pertama yang saat itu aku tempuh
yaitu menuju perpustakaan. Yaitu mencari alat uji validitas dari kesesatan
wahabi melalui identitasnya. Saat itu yang kucari tentang CINGKRANG.
Aku merujuk ke HADITSnya langsung, dan
FAKTANYA!!
Memang betul ADA HADITS BUKHARI YANG
MENJELASKAN TENTANG ANJURAN UNTUK CINGKRANG.
Jiwaku bergolak lagi
Lalu siapa ini yang salah?? NU atau
WAHABI??
Memang aku dari kecil jarang sekali mengaji
tentang hadits. Bahkan saat itu aku belum tau apa itu hadits sebenarnya. Bahkan
juga, di pesantren kami jarang sekali diajarkan hadits, yang sering ya kitab
kuning selalu, yang ternyata baru aku tahu, isi kitab kuning belum tentu hadits
semua karena itu berisi argumentasi penulis dengan dukungan qur’an dan hadits,
bahkan jarang yang mengandung hadits shahih, tapi aku tetap mengajinya.
Padahal di mata kuliah, diajarkan 4 sumber hukum
di NU, yaitu :
- Quran
- Hadits
- Ijma
- Qiyas.
Dari situ aku jadi heran “kenapa orang
NU mempermasalahkan celana cingkrang, sedangkan hal itu sesuai hadits, dimana
orang NU juga mengakui kedudukan hadits sebagai sumber hukum”
BELUM PUAS!!
Karena semakin penasaranya dengan WAHABI,
akhirnya aku mencari-cari orang wahabi. Dan Alhamdulillah, aku menemukan
komunitasnya langsung. Aku pun mengikuti kajian-kajian mereka di masjid maupun
di youtube. Aku sering berinteraksi dengan mereka, sembari menelisik “mana
kesesatan mereka”.
Ternyata bukan kesesatan yang ku temukan di
lingkungan Wahabi. Justeru aku merasakan kesejukan berIslam. Ko bisa??, karena
setiap yang dikaji adalah Al Qur’an dan Hadits. Selalu QO LA ALLOH, dan QO LA
RASULULLAH. Hati ini terasa adem, seakan semakin dekat dengan Rasulullah
membayang di majelisnya Rasulullah.
Salafi/Wahabi (akhirnya aku juga menemukan kajian onosmatika dan sosio-linguistik ini). Dan setelah ku amati, justru di lingkungan wahabi, hampir
setiap kehidupan mereka berusaha mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari badan, pakaian,
pergaulan, perdagangan dan sebagainya.
Dengan statusku sebagai muslim dan
mahasiswa, menyadari justru hal ini yang benar-benar berislam secara otentik
atau valid sesuai standarnya.
Aku semakin heran, “mana kesesatan
mereka yang dituduhkan.
TAPI!!!!
Di tengah kenyamananku bergabung dengan
komunitas wahabi, hatiku lagi – lagi terusik. Dimana di kalangan mereka selalu
memunculkan kata-kata BID’AH, SYUBHAT, SESAT. Dan yang paling disoroti oleh
mereka adalah NU dan tradisi-tradisinya.
Mereka menganggap Tawasul, Ziarah kubur,
mencium tangan guru, maulud, peringatan Isra mi’raj dll SEMUANYA BID’AH!, TIDAK
AKAN DITERIMA OLEH ALLOH!
Aku merasa tidak terima, guru yang telah
mengajariku sejak kecil dikatakan bid’ah dan sesat.
Bergolak lagi jiwaku!
Alhamdulillah, Alloh menunjukkanku untuk
bergabung di Organisasi Mahasiswa yang bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Dari situ lah aku menemukan ISLAMKU APA.
Di sini lah aku mengkaji ISLAM DARI BERBAGAI
ASPEKNYA. Aspek Sejarah, Teologi, Budaya, Ekonomi, Sains, dll
Di sini lah, aku menemukan BETAPA LUASNYA
RAHMAT ALLOH. Karena nama Alloh disebut oleh semua makhluk, bahkan oleh
golongan-golongan yang mereka berbeda pandangan.
Aku juga baru tahu jika Islam tidak hanya
tentang NU dan Wahabi. Tapi juga ada yang lain, yaitu FPI, AL IRSYAD, PERSIS,
Muhammadiyah, HTI, MTA, JAULAH dan lain-lain. Yang ternyata jumlah organisasi
islam itu semua banyak sekali.
ISLAMKU APA?. Tidak ada islam apa-apa,
ISLAMKU YA ISLAM
: إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ
الْإِسْلَامُ
Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah
Islam/ Q.S. Ali
Imran/3:19),
NU, Salafi/wahabi, persis, dll itu hanya
baju atau wadah.
AKU NU, AKU SALAFI, AKU MUHAMMADIYYAH,dst
And the last but not least… I’M ISLAM
Sehingga akhirnya aku berdoa
Ya Alloh, betapa indahnya jika
perbedaan-perbedaan di antara kami ummat Islam sebagai bahan untuk semakin
merekatkan, bukan saling menyesatkan.
Ya Alloh, ikatkan hati kami dalam satu
keimanan bulat padamu
Selama Rukun Iman dan rukun Islam mereka
sama, mereka adalah sahabat kami karena Mu Ya Alloh
Jangan jadikan kami menjadi musuh di antara
sesama pengikut Rasul Mu
Kami hanya berbeda dalam menafsirkan
ayatmu, dan petuah Rasul Mu
Tapi hati kami SATU, yaitu Mencintai Mu dan
merindukan Rasul Mu
Tolong ya Alloh….
Satukan hati kami, sebagaimana kau
menyatukan Sahabat Muhajirin dan Ansor
Jangan kau biarkan kami terpecah belah
hanya karena urusan dunia
Tapi satukan kami dalam melawan hawa nafsu
kami dan musuh-musuh yang nyata memerangi agama-MU
Ya Alloh….
Agamamu telah dilecehkan dimana-mana.
Saudara kami di Palestina, Syuriah, Cina,
dll. Mereka dilecehkan bahkan dibunuh ya Alloh, tolong mereka
Tapi kami selalu ribut menuduh bid’ah dan
mengaku paling sunnah
Kami berebut mengaku paling ahlussunah wal
jamaah
Kami selalu bangga dan memperjuangkan
organisasi kami
Sedangkan mereka musuh-Mu, bertepuk tangan
melihat kami yang terpecah
YA ALLOH…
Aku rindu ummat Islam yang saling
membenarkan, bukan menyesatkan
Ummat yang saling menasihati, bukan saling
mencaci
Ummat yang saling merangkul, bukan saling
memukul
Ummat yang saling menggenggam lengan, bukan
menusukkan pedang
YA ALLOH!
AMPUNI KAMI, ORANG TUA KAMI, GURU-GURU
KAMI, DAN SEMUA MUSLIMIN MUSLIMAT
PERSATUKAN KAMI DI SURGA MU, BERSAMA
RASULULLAH
Alhamdulillah,
sekian tulisanku
Anda
boleh setuju atau tidak, yang jelas jika Rukun Islam dan Rukun Imannya sama
denganku, maka Anda adalah sahabatku. Semoga Alloh mengampuni dosa2mu dan
sekeluarga.
Wallahu a’lam
Ngubaidillah al Faqir
Banyumas, 6 Januari 2020