BERBAGAI KISAH SAAT KULIAH
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
Assalamu’alaikum teman.. setelah saya di
postingan terdahulu berbagi cerita tentang pengalaman selama di pesantren (klik di sini), kali ini saya akan berbagi cerita setelah keluar dari pesantren, lalu
melanjutkan kuliah s1 di salah satu kampus swasta di kota saya, Kebumen.
Berikut,
beberapa momen yang saya ingat
1. OSPEK
Saya
masuk kuliah sudah membawa suntikan semangat dari pesantren. Karena semangat
guru besar Habib Saggaf yang telah ditularkan ke santri-santrinya, harus saya
buktikan. Saya tidak mau menjadi mahasiswa yang pendiam dan pasif. Aku harus
menjadi mahasiswa terdepan dalam hal kebaikan. Saya harus menjadi pelopor,
bukan pengekor
Hal
ini saya buktikan di awal OSPEK. Kalau di SMP atau SMA, dikenal dengan istilah
MOS. Tapi di Perguruan Tinggi dengan istilah Orientasi Pengenalan Kampus
(OSPEK). Saya selalu berusaha untuk mendominasi diskusi di forum besar juga
forum kecil. Forum besar yaitu, kami satu angkatan yang berjumlah 300an
dikumpulkan dalam satu aula pertemuan, lalu diskusi kita menghadirkan rector,
beberapa dosen juga pembicara dari luar kampus. Selama OSPEK diadakan forum
besar kalau tidak salah sebanyak 10 kali.
Di
saat seperti itu lah saya berusaha tampil “beda”. Kenapa beda, karena umumnya
orang apalagi mahasiswa baru, tidak berani berbicara di forum sebesar itu. Saat
pembawa acara mempersilahkan mahasiswa bertanya, seketika saya mengangkat
tangan, dan saya memberanikan diri untuk memegang mikrofon dan berbicara
dihadapan orang banyak. Memang awalnya sangat grogi, tapi kemauan saya melebihi
rasa ketakutan.
Dan
hal ini saya lakukan berkali – kali, sehingga bisa dibilang, ketika pembawa
acara mempersilahkan mahasiswa bertanya, saya selalu mengangkat tangan, dan
saya selalu dipilih pertama. Karena rasa tekad saya, pernah suatu ketika
mahasiswa yang mengangkat tangan ada beberapa, saya tidak mau kalah. Saya tidak
menungu pembawa acara menghampiri saya dan memberikan mikrofon, tapi saya bangkit
dari tempat duduk dan maju ke depan dan mengambil mikrofon, lalu saya gemakan takbir
“ALLOHU AKBAR”, seketika seluruh penghuni aula kaget dan menggemakan takbir
bersama. Lalu dengan nada tinggi layaknya orasi, saya sampaikan argument – argument
ke pembicara.
Pernah
juga saat pembicara nya seorang dosen yang kebetulan namanya sama dengan saya,
yaitu Ubaidillah.,MA. Dia menceritakan, dia lulus dari kampus kami, lalu
mendapatkan beasiswa S2 di UGM. Saya bertanya kepada dia, tapi dengan pembukaan
“ perkenalkan, nama saya sama dengan
bapak, yaitu Ngubaidillah, maka dari itu saya mohon doanya agar saya kelak bisa
melanjutkan studi setiggi-tingginya seperti bapak”.
Saya
tidak menyangka, saya iseng mengatakan seperti itu, ternyata Allah SWT
mewujudkan impian saya dan doa-doa orang di sekitar saya, yaitu saya
mendapatkan beasiswa S2 dari Kementrian Agama RI.
2. Paling Diandalkan Di Dalam
Kelas
Sistem
pembelajaran di bangku kuliah berbeda dengan SMA. Dalam satu kelas dibagi
beberapa kelompok, lalu membuat makalah kemudian salah satu kelompok
mempresentasikan ke depan, sedangkan kelompok yang lain berhak untuk bertanya
bahkan membantah, sehingga terjadi diskusi.
Semangat
saya terbawa juga ke dalam kelas, sehingga ketika diskusi, saya selalu aktif
berbicara. Entah bertanya atau membantah teman yang presentasi. Hal itu saya
lakukan berkali – kali, sehingga membuat teman – teman saya sungkan untuk
menerima pertanyaan saya. Karena pertanyaan saya argumentative dan analitis,
sehingga sering sekali teman saya yang sedang presentasi, tidak mempersilahkan
saya bertanya, karena mereka merasa tidak akan bisa menjawab.
Memang
betul, saya selalu berusaha membuat pertanyaan atau argument yang kuat untuk teman
yang presentasi, sehingga mereka kesulitan menjawab. Sering kali, ketika presenter
tidak bisa menjawab pertanyaan saya, lalu dilemparkan ke dosen. Dan lucunya,
dosen pun mengakui tidak tahu jawabanya.
Memang
teman – teman tidak mempersilahkan saya bertanya di setiap diskusi, tapi mereka
menjadikan saya untuk memberikan jawaban atau kesimpulan di akhir diskusi, atau
menengahi ketika terjadi debat kusir di antara teman – teman yang lain. Sehingga
bisa dikatakan, teman – teman mengandalkan saya ketika ada permasalahan yang
tidak menemukan jawaban.
Bahkan
tidak Cuma diandalkan teman, dosen pun Alhamdulillah sering mengandalkan saya,
sebagai contoh mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam. Pak dosen, selalu
mempersilahkan saya berargumen, ketika teman – teman yang lain melakukan
diskusi. Hal ini berdampak pada nilai saya yang sempurna, yaitu 4.00.
Pernah
juga seorang dosen memberikan pertanyaan kepada mahasiswa tentang kepemimpinan
Rasulullah, kemudian teman – teman banyak yang angkat tangan, akan tetapi jawaban
mereka seperti hanya main tebak-tebakan. Dan saya pun membiarkan teman – teman dulu
untuk berargumen, ketika sudah tidak ada lagi yang berargumen, giliran saya
angkat bicara. Saya pun menjawab dengan argument “menurut bukunya Antonio Syafi’I yang berjudul Muhammad Super Leader
Super Manager……” sontak, dosen langsung memuji “nah..seharusnya mahasiswa seperti ini, menjawab berdasarkan referensi
yang jelas, jadi jawabanya jelas juga”
Kenapa
seperti itu?, selain Alloh yang memudahkan, juga harus diiringi keyakinan kuat “
saya harus jadi mahasiswa yang beda”
, juga sebagai mahasiswa harus selalu membaca buku. Selamakuliah S1, saya mengoleksi buku sebanyak
+- 250 judul buku.(baca di sini, tips semangat membaca buku dari saya)
3. Paling dekat dengan dosen
Karena
saya aktif di kelas, membuat saya dekat dengan beberapa dosen. Karena saya
tidak Cuma aktif bertanya ke dosen, akan tetapi juga menanggapi bahkan
membantah penjelasan dosen (walaupun dosen lebih benar), bahkan tidak hanya
sekali saya mengkritik dosen dari cara mengajarnya. Saya memberanikan diri,
karena demi kepentingan bersama.
Justru
hal ini membuat saya dekat dengan beberapa dosen. Dan kedekatan ini tidak Cuma terjalin
di dalam kelas, di luar kelas pun saya dekat. Sampai suatu hari ada seorang
dosen, mempunyai proyek besar, dia memanggil saya lalu menawarkan proyek itu. Awalnya
saya terdiam, tapi dia meyakinkan, dari semua mahasiswa dia hanya percaya pada
saya. Dan saya pun menerima proyek itu, Alhamdulillah proyek itu berhasil dan
saya mendaptakna berbagai keuntungan.
Ada
juga dosen Bahasa arab yang sangat fasih sekali, saya dekat dengan dia tidak
hanya di kelas. Di luar kelas pun saya aktif ngobrol dengan dia menggunakan Bahasa
arab. Bahkan saya
terkadang silaturahim ke rumah dosen.
4. Di Luar Kelas
Selain
aktif di dalam kelas, saya juga berusaha untuk aktif di luar kelas. Saya mengikuti
berbagai organisasi Ekstra kampus. Seperti Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII), Young Entrepreur Community
(YEC), Karang Taruna, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan lain –lain. Di organisasi
itu pun, saya tidak mau hanya jadi pengekor, saya menduduki jabatan strategis,
dan kebanyakan saya menjadi ketua. Hal ini sehingga mengantarkan saya untuk
hanya interaksi interaksi di dalam kampus, tapi berinteraksi dengan mahasiswa
tingkat kabupaten, regional bahkan Nasional.
5. Mengikuti Lomba
Sebagai
mahasiswa juga harus berhati – hati, jangan sampai dominasi kita hanya di
mental. Yaitu hanya berani berorasi laksana caleg yang mengobral janji, tapi
juga harus optimal dalam kreasi yang memberi bukti. Mahasiswa juga harus
cerdas, karena kita ke kampus untuk belajar akademik. Soal organisasi itu non
akademik, akademik pun harus kita kuasai. Jangan sampai aktif berorganiasai
tapi lupa bahkan mengabaikan prestasi akademik.
Saya
pun selalu berusaha maksimal di akademik, sehingga saya mengikuti berbagai
perlombaan tingkat local sampai nasional. Pernah saya mengikuti Lomba MTQ
tingkat Provinsi Jawa Tengah di Semarang. Saya mewakili kampus untuk lomba di
cabang Makalah Ilmiah dengan tema Kepemudaan dalam Perspektif Alqur’an. Di lain
kesempatan saya juga mendapat kesempatan mengikuti Lomba Festival Bahasa Arab tingkat
Nasional di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dengan mengikuti perlombaan, saya
menjadi tahu bahwa saya masih banyak kekurangan, dan banyak sekali yang “serba
lebih” dari saya, sehingga membuat saya untuk tidak menyombongkan diri dan
selalu memperbaiki diri secara intelektual, spiritual, emotional bahkan
finansial
Hikmahnya
1. Dimana ada kemauan, disitu ada kesusaha
Dimana ada
kesusahan, dengan kesabaran akan datang kemudahan
2. Selalu jadikan Alloh sebagai alasan dan
tujuan, sehingga lelah dalam langkah terhitung ibadah
3. jangan hanya menjadi mahasiswa pendiam, tapi selalu aktif dalam kebaikan
4. jadikan kekurangan di dalam diri kita, sebagai pemacu semangat
5. selalu kritis dalam segala hal.
3. jangan hanya menjadi mahasiswa pendiam, tapi selalu aktif dalam kebaikan
4. jadikan kekurangan di dalam diri kita, sebagai pemacu semangat
5. selalu kritis dalam segala hal.
Wallohu a’lam
Bandung, 30
Mei 2018